ANGIN
KEBERUNTUNGAN
Aku berlari dengan sangat tergesa-gesa berharap bisa lolos
dari kejaran pria gendut yang sedari tadi mengejarku tanpa henti. Beberapa kali
kudengar ia meneriakiku agar aku menghentikan langkahku,tapi aku tak
memperdulikannya. tepat setelah aku belok ditikungan depan gang kecil,suara teriakan itu semakin lama
tak terdengar lagi, aku berhenti dan menoleh untuk memastikan apakah orang itu
masih mengejarku atau tidak. ternyata pria itu sudah tak mengejarku lagi. Hatiku sangat lega, orang itu tak terlihat lagi
batang hidungnya. Aku benar-benar bersyukur atas keberuntungan hari ini.
Tapi masalah tidak berhenti begitu saja, aku harus
melanjutkan lariku karena aku sudah telat 10 menit untuk sampai ketempat
kerjaku, aku tidak mau pak budi marah-marah lagi karena kurangnya sikap
disiplinku.
Jam 7.15 wib aku sampai ditoilet umum ditaman kota. Benar ..itu
adalah tempat kerjaku untuk hari ini. Maklumlah untuk pemuda sepertiku yang
bahkan tak tamat smp, mendapatkan pekerjaan seperti itu sudah membuatku sangat
bersyukur.
Aku segera mengambil peralatan bersih-bersih dari ruangan paling
pojok, ruangan itu adalah tempat penyimpanan alat-alat kebersihan yang sudah
disediakan oleh bapak walikota. Aku mulai membersihkan ruangan toilet dengan
penuh semangat, sempat beberapa kali aku disapa,ditegur bahkan dicemooh oleh
orang-orang yang datang tapi aku tak menggubrisnya. Aku hanya berpikir bahwa
,aku tak mengenal mereka dan mereka tak mengenalku jadi aku tak perlu
repot-repot menelan omongan mereka
1 jam kemudian pak Budi datang beliau adalah kepala pengurus
toilet umum ini. Beliau memanggilku dengan nada kasar tanpa menyebut namaku.
“Hei kau, kemari!” panggilnya. Aku segera mendekat kepadanya.
”Maaf sebelumnya
nak, Pak Agung sudah sehat, besok beliau sudah bisa bekerja lagi
disini,jadi mulai hari ini tugasmu sudah selesai, walaupun kamu sering
membuatku naik darah tapi saya senang,kamu bersedia menggantikan tugas pak
agung walaupun hanya untuk sementara dan ini upahmu untuk hari ini”kata Pak Budi mencoba menjelaskan alasannya.
Aku agak kecewa dengan keputusan Pak Budi, tapi
aku harus menerima keputusannya dengan lapang dada. Lagipula aku hanyalah pekerja sementara ditempat itu.
Jam menunjukan pukul 08.00 wib aku segera beberes dan
meninggalkan toilet umum tersebut, Aku kembali berlari berharap tidak telat
untuk pekerjaan berikutnya yang telah menunggu didepan mata.
tepat 15 menit waktu yang kubutuhkan untuk sampai dikedai kopi tempat kerjaku berikutnya. Pemilik kedai langsung memanggilku dengan suara lantang yang memekakan telingga. Tak banyak basa basi beliau langsung memarahiku didepan toko.
”Kamu telat lagi Anziyan, upahmu akan
dipotong 30rb karena kamu sudah telat 2 hari, hari ini dan kemaren” ketus
pemilik kedai.
“Maafkan aku” balasku pelan dengan raut
wajah penuh kecewa, tapi aku segera menghela nafas beberapa kali agar pikiranku tenang dan tidak dikuasai oleh rasa
marah. karena aku sadar itu karena ulahku sendiri yang kurang disiplin.
Aku segera pergi kedapur kedai untuk mencuci piring kotor yang
mungkin sudah dari tadi menungguku. setelah itu aku harus mengepel lantai,
mengelap meja dan kursi yang berdebu, dan yang paling terakhir adalah mengelap
kaca cendala.
2 jam lamanya Aku menyelesaikan semua pekerjaanku, Aku segera
menghubungi pemilik kedai untuk meminta upah, memang pekerjaanku ini sedikit
berbeda dari orang-orang kebanyakan, Aku adalah pekerja panggilan yang
banyarannya dibayar langsung setelah pekerjaanku selesai.
” Ini upahmu, besok
kamu jangan telat lagi atau saya akan memotong lebih banyak gajimu lagi” ucap
pemilik kedai dengan wajah sinis sambil memberikan 2 lembar uang 50riban
kepadaku. Aku segera membungkukan badan dan mengucapkan terimakasih lalu
berpamitan pergi.
Setelah keluar dari kedai aku berlari lagi untuk mencari
seseorang yang mungkin masih ada yang memerlukan tenagaku dan memberiku uang
sebagi upahnya. Aku sangat berharap hari ini lebih beruntung dari pada hari
kemaren karena aku benar-benar butuh begitu banyak uang.
Lelah setelah berlari, aku berhenti didepan Agen Taxi Online. Tak perlu pikir panjang, Aku segera masuk ketempat itu dan segera menemui atasan dari Taxi Online tersebut. namanya Pak Beki, tak banyak basa basi beliau segera memberiku kunci Taxi Online dan menyuruhku menjemput seorang pelanggan yang kini sedang menunggunya didepan Hotel Cempaka. tentu saja Aku menerimanya dengan senang hati, lagipula Aku sendiri bisa menyetir karena dulu ayahku pernah mengajariku.
aku segera menuju Hotel Cempaka, tempat dimana pelangganku sudah menunggu lama. sesampainya disana, seseorang yang mabuk diantar oleh penjaga hotel sampai kedepan halaman hotel.
“Pak Anton?” tanyaku
“Ya ini aku.” jawab orang yang mabuk itu
“Terimakasih sudah mengantarku kedepan” sambungnya kepada
orang yang menyangganya tadi.
Aku membukakan pintu mobil untuk Pak Anton. Setelah semuanya
siap, Aku segera tancap gas meninggalkan Hotel Cempaka tersebut. Diperjalanan Pak Anton mengatakan hal-hal yang tak dapat kumengerti beberapa kali
kugelengkan kepala gara-gara tak bisa menjawab pertanyaannya. Dia sempat kesal dan memakiku karena kurangnya wawasanku, tapi bagiku tak masalah, lagipula yang kubutuhkan adalah uang bukan wawasan.
Sejam kemudian
akhirnya kami sampai ditujuan, Aku keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Pak Anton. Pak Anton segera keluar dan melangkahkan kakinya dengan agak sedikit
sempoyongan. Aku memanggil nama Pak Anton dengan pelan, mencoba menghentikannya
karena ia belum bayar ongkosnya. Pak Anton menghentikan langkahnya dan menoleh
kepadaku.
“Ongkosnya?” ucapku yang sedari tadi mematung disamping mobil.
”Oh..” Pak Anton merogoh sakunya dan mengambil dompetnya lalu beliau mengambil
beberapa lembar uang kertas. Beliau melemparnya keudara, sontak aku bingung dan
segera memunguti uang yang telah jatuh dilantai. Aku menghitungnya dengan
teliti. Aku merasa ada yang kurang dan hendak memanggil Pak Anton lagi tapi
sayang,Pak Anton sudah masuk kerumahnya. sepertinya keberuntungan untuk malam
ini tidak full, karena aku harus mengganti ongkos penumpang yang kurang. Untuk
yang ketiga kalinya aku harus menghela nafas untuk menenangkan amarahku.
Hari ini aku benar-benar lelah. Tepat pukul 22.30 Aku
kembali kerumah, kulihat ibuku sedang duduk diteras sendirian, mungkin beliau
sedang menungguku sedari tadi. Aku menghampiri ibuku dan mengucapkan salam
kemudian mencium tangannya.
” Hari ini kamu pulang sangat larut malam, apa ada
masalah yang terjadi?” tanya beliau memulai pembicaraan. Aku hanya diam tak
menjawab pertanyaan ibuku.
“masuklah dan beristirahatlah, hari ini kamu pasti
sangat kelelahan semoga besok kamu lebih beruntung lagi” sambung ibuku dengan
nada penuh kasih sayang.
Aku mengangguk dan melangkahkan kakiku masuk kedalam
rumah, tapi entah kenapa langkahku terasa berat, rasanya aku ingin berhenti dan
mengatakan sesuatu kepada ibuku.” Maaf ibu” dua kata itu tiba-tiba terucap
begitu saja dari mulutku.
” Maaf untuk apa?” sahut ibuku yang bingung mendengar
ucapanku itu.
Aku berdiri dan berbalik menghadap ibuku, Aku menatap wajah ibuku
yang sudah tak muda lagi.
” Maafkan aku, sampai saat ini aku belum bisa
mengumpulkan banyak uang untuk biaya operasi ginjal ayah padahal jangka waktu
pembayaran tinggal 3 hari lagi. Aku sangat takut, bagaimana kalau kita tak
mampu membayarnya, bisa-bisa ayah tak jadi dioperasi dan mungkin nyawa ayah
tidak tertolong” ucapku dengan sedih.
Ibuku mendekat lalu memelukku. “ Jangan khawatir nak, Tuhan pasti akan menolong keluarga kita. Mungkin bukan
sekarang tapi bisa jadi besok sang Kholik memberikan jalan yang terbaik untuk
kita. Bersabarlah, keberuntungan pasti akan datang untuk keluarga kita selama
kita yakin, walaupun kita tidak tahu dari arah mana keberuntungan itu akan
datang tapi kalau kita yakin dan percaya, pasti akan datang” balas ibu sambil
membelai rambutku dengan penuh kasih sayang. Hatiku mulai tentram kembali
mendengar nasihat dari sang ibu. Aku benar-benar beruntung mempunyai ibu
sepertinya.
Keesokan harinya, Aku
kembali melakukan aktivitasku mencari seseorang yang memerlukan
tenagaku, sedangkan ibuku sibuk bekerja sebagai buruh cuci dirumah. Aku
berharap hari ini aku bisa mendapatkan uang lebih banyak lagi. Aku mencoba
meyakini apa yang dikatakan oleh ibuku semalam. Aku mulai berlari kesana
kemari, mendatangi toko-toko, caffee dan juga tempat taxi online, berharap ada
pekerjaan yang bisa kulakukan disana sehingga Aku bisa mendapatkan upah untuk menambah
biaya operasi ayah. Tapi entah hari apa ini, segala usahaku gagal semua, seakan
mereka tak butuh lagi tenagaku padahal hari sudah semakin siang. Cuaca sangat
panas, aku memutuskan untuk pulang sebentar sekedar menengok ibuku dirumah.
Sesampainya dirumah, kulihat pintu rumahku terbuka, aku juga mendengar seorang
pria sedang mengobrol dengan ibuku dari luar. Aku bergegas masuk dan
mengucapkan salam, tapi betapa tergejutnya saya, ketika melihat wajah pria yang
sedang mengobrol dengan ibuku.
“Bukankah anda pria yang kemarin mengejarku dijalan?”
tanyaku. Pria itu menoleh dan tersenyum kepadaku. Aku benar-benar bingung
kenapa orang itu bisa sampai kerumahku dan mengobrol dengan ibuku.tiba-tiba
ibuku menarik lenganku dan menyuruhku duduk disampingnya.
“Beliau adalah Pak Zaenal. Beliau ini ingin sekali bertemu
dan berterimakasih kepadamu” kata ibu memperkenalkan pria itu kepadaku
“Berterimakasih untuk apa bu?” tanyaku bingung. Sedangkan
pria yang bernama Zaenal itu hanya meringis kepadaku
“ Beberapa hari yang lalu, katanya kamu sudah menolong
putrinya yang jadi korban tabrak lari. Kamu mengantarkan putrinya sampai
kerumah sakit dan menitipkan KTPmu untuk dijadikan jaminan sementara agar
putrinya bisa dirawat, apakah itu benar?” kata ibuku. Aku mengangguk pelan.
“ Jadi Pak Zaenal ini ingin mengucapkan terimakasih kepadamu
secara langsung dan juga mengembalikan KTPmu ini” sambung ibuku
“Tapi kenapa kemarin beliau mengejarku dan meneriakiku?”
tanyaku agak kesal. Pak Zaenal malah tertawa.
“Nak an ziyan, saya benar-benar sangat berterimaksih
kepadamu dan juga orangtuamu yang sudah mendidikmu dengan baik. Dan untuk masalah yang kemarin saya benar-benar
meminta maaf, Saya berniat memanggilmu dan ingin mengajak ngobrol denganmu tapi
kamunya malah lari sangat kencang ditambah mungkin karena usiaku yang sudah
memasuki kepala empat jadi tak sanggup lagi mengejarmu,alhasil saya kehilangan
jejakmu” kata Pak Zaenal mencoba menjelaskan dengan sopan dan ramah
“Oh ya. Tadi ibumu tak sengaja menceritakan tentangmu dan
juga ayahmu, saya benar-benar meminta maaf karena telah membuat ibumu bercerita
banyak tentang keluargamu. Tapi saya senang, beliau mau berbagi kehidupannya
kepada saya.tadi saya sempat memberikan hadiah sebagai tanda terimakasih kepada
ibumu tapi beliau menolaknya karena beliau merasa keberatan dengan hadiahnya
walaupun saya sudah memohon untuk menerimanya tapi beliau tetap bersikukuh untuk
menolaknya” sambung pak zaenal dengan raut wajah kecewa sambil memasukan cek
bertuliskan 10 jt kedalam saku jasnya.
“Saya benar-benar ingin membalas budi kepada kalian. Tadi kata
ibumu , kamu bisa menyetir ,kebetulan saya sedang membutuhkan sopir untuk
mengantarkan putra sulungku pergi kesekolah,kalau nak an ziyan tak keberatan,
maukah nak an ziyan menerima tawaran saya ini sebagai ganti balas budi ?” ajak Pak Zaenal.
Aku dan ibuku hanya terdiam mendengarkan ucapan Pak Zaenal.
“Dan demi kesehatan dan keselamatan kepala keluarga yang
telah menolong putri saya ini. Saya mohon terimalah cek ini, Saya benar-benar
tulus memberikannya tanpa bermaksud untuk menyinggung perasaan ibu dan juga nak Anziyan” kata Pak Zenal sambil kembali mengeluarkan ceknya,sepertinya beliau
ragu untuk menarik kembali apa yang sudah diniatkannya dari awal
“Maaf sebelumnya Pak Zaenal bukan maksudku untuk membuat
anda tersinggung. Tapi lebih baik begini saja,kami terima cek tersebut tapi
sebagai pinjaman bukan sebagai hadiah karena menurut kami hadiah yang bapak
berikan sangat berlebihan dan kami tidak bisa menerimanya begitu saja dengan
cuam-cuma,sebagai gantinya saya bersedia bekerja dengan Pak Zaenal dan Pak Zaenal berhak memotong gaji saya setiap bulannya untuk mengganti biaya operasi
ayah, mungkin ini adalah jalan terbaik untuk masalah balas budi ini, lagi pula Pak Zaenal sudah memberiku pekerjaan tetap dan itu sudah membuat kami
sekeluarga merasa sangat senang dan benar-benar berterimakasih kepada bapak”
jawabku yang tiba-tiba ingin berbicara.
Pak Zaenal mengangguk dan tersenyum
kepadaku tanda beliau setuju degan keputusanku sedangkan ibu hanya menghela
nafas dengan lega.
Akhirnya kamipun menerima cek itu dengan maksud meminjamnya
untuk biaya operasi ayah kami. Kami sangat senang karena pertolongan Tuhan
datang diwaktu yang tepat. Dan aku mulai percaya dengan perkataan ibuku tadi
malam, bahwa keberuntungan itu akan selalu ada asalkan kita menyakininya dan
akan datang disaat yang tepat. Seperti angin yang berhembus disaat musim
kemarau, angin keberuntungan itu datang kepada keluarga kami dengan membawa
suka cita.
tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar