Tiba-tiba aku merindukanmu dan berharap kita bisa bersama
lagi seperti sediakala. Kau tahu? Sekarang aku sadar, tanpamu aku merasa
begitu lemah, seperti orang yang terkena virus penyakit mematikan yang menjalar
kesetiap organ vital.
Disaat aku tak mampu lagi untuk melakukan segalanya tanpamu,
kau malah lenyap begitu saja dengan seiringnya waktu. Bahkan kau tak memberi
kabar ataupun ucapan salam perpisahan. Kau tahu apa yang aku rasakan jika
memikirkan kepergianmu yang tiba-tiba
begitu? Aku merasa telah mati ditusuk oleh berbagai benda tajam dari belakang
punggungku hingga menembus kesatu titik yaitu hatiku.
Dewa sialan,
Sekarang aku baru sadar. Langit telah mengutukku dan menjatuhkanku kedalam keputusasaan tanpa
belas kasih. Ini semua salahku sendiri, kalau saja waktu itu aku tak
membiarkanmu pergi.
Aku jadi ingat hari dimana aku dulu membiarkanmu pergi,
disebuah halte bus aku menatap kejam dari kejauhan padahal kau sedang menangis.
Kau menangis? Ya. Itu adalah ulahku. Kita bertengkar hebat waktu itu, komitmen
yang kubuat dulu untuk hubungan kita malah kuingkari sendiri.
Tapi sekarang aku mendapatkan karmanya, jika ingat waktu itu
aku merasa dihempaskan ketanah tandus dengan keras, hingga semua tulangku
remuk.
Orang-orang berkumpul dan meneriakiku, suaranya sangat
melengking serasa hendak memecahkan
gendang telinga. Mereka berkata “sebuah kesalahan besar telah mencampakanmu”,
lalu mereka berkata lagi” sangat sulit mendapatkan gadis lain sepertimu didunia
yang munafik ini”.
Aku berusaha menyumbat kedua telingaku dengan paku besi agar
tak dengar lagi teriakan mereka.Tapi tetap saja aku bisa mendengarnya dengan
jelas nasihat mereka. Ini adalah hukuman.Tolong ampuni aku! Kumohon. Aku
menyesal.
Saat malam datang, air mataku terus saja tak berhenti
menangis. Entah apa yang sebenarnya terjadi, aku pergi kedokter untuk sekedar
mencari tahu resep obat peredam sakit hati karena penyesalan. Tapi kata dokter
obat penyembuh lukaku hanyalah kau. Tapi bagaimana aku bisa sembuh jika kau
sendiri telah pergi jauh meninggalkanku?
Saat aku mengatakan aku telah mendapatkan penggantimu dan
mengatakan bahwa keadaanku baik-baik saja, semua itu hanyalah sebuah kebohongan
semata. Tapi kau malah menganggapnya serius.
Tolong, jangan bahagia tanpaku. Air mataku jatuh begitu
banyak hanya karena penyesalan yang kubuat sendiri. Tolong maafkan aku. ini
semua salahku, aku tak sanggup jika hidup tanpamu.
Aku membuka album photo pemberianmu, tapi entah kenapa
wajahmu dalam photo tiba-tiba
menghilang. Siapa yang melakukannya? Apa kau telah kembali dan merobek semua
foto? Jika memang itu benar, maka aku
lah satu-satunya orang yang akan merasa bahagia atas kepulanganmu. Tapi
sayangnya itu hanyalah pemikiranku yang
salah.Aku harap kau akan baik-baik saja disana, hatiku takkan berubah meskipun
tak bisa lagi bersamamu.
Waktu itu, aku meneleponmu tapi tak ada jawaban apapun
darimu. Aku mencoba untuk tetap tegar , tapi tetap saja, aku masih saja tak
mampu untuk melepasmu. Aku tak rela jika kau berjalan bergandengan tangan dengan pria
lain.
Kau tahu? Sekarang aku sendirian meskipun aku sendiri
membencinya. Aku hanya ingin meminta maaf kepadamu tapi aku sendiri tak begitu
yakin apakah kau akan memaafkanku.
Seperti yang kau tahu, aku telah meninggalkanmu. Aku
berpikir bahwa ini adalah keputusan yang benar untuk dilakukan. Walaupun hatiku
merasakan luka yang begitu perih, tapi bagian lain dari diriku merasa lega. Apa
menurutmu aku berlebihan?
Aku telah membuatmu marah. Bahkan memberi hadiah kecil
untukmu pun aku tak mampu. Bukankah hal itu tampak bodoh? Tapi entah kenapa air
mataku tak juga berhenti jika mengetahui kenyataan bahwa kau telah pergi
meninggalkanku. Ini tak masuk akal, kita takkan
berjumpa lagi. Kisah cinta kita selesai dengan kesalahan yang kubuat
sendiri akibat kebodohan akut yang kuderita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar