Rahasia Nenek Misterius
Kupasang headseat dikedua kupingku,kusenderkan bahu dan
kepalaku dijok mobil yang aku tumpangi sambil mendengarkan musik rock
kesukaanku.
Hari ini aku benar-benar merasa sangat lelah. Sekujur tubuhku
terasa sakit semua. aku berharap bisa segera sampai ke jakarta dan segera
mendatangkan tukang pijit kerumahku.
Aku melirik samping kananku, kulihat zakka sedang fokus
menyetir lalu kutengok kebelakang mobil, ada ami dan roro yang sedari jogya
sudah tertidur pulas.
“ mereka berdua
benar-benar juaranya tidur?” ucapku pelan.
“ ya begitulah “ sahut zakka enteng
“zak, aku tidur dulu sebentar” kataku pada zakka yang sedari
tadi menyetir. Zakka mengangguk.
Laju mobil yang
kencang dan sunyinya malam membuatku semakin terlarut dalam suasana malam.
Ditambah alunan musik rock yang kudengar membuatku tak bisa menahan lagi untuk
terlelap. Tapi entah apa yang terjadi, baru saja aku mulai bisa tidur tiba-tiba
mobil yang kami tumpangi berhenti mendadak ditengah jalan yang sepi dan gelap
dan disekitarnya dikelilingi pohon jati yang tinggi dan lebat.
“ada apa zak?” tanyaku dengan nada berat karena masih terasa
kantuk.
“gak tau nih, sepertinya bahan bakar mobil habis” jawab
zakka sekenanya.
“ah.. sial. Padahal perjalanan pulang masih jauh, ditambah
tempat ini sangat sepi dan sunyi. Aku tidak yakin bisa bertemu seseorang
disini” ucapku mulai cemas.
“apa kamu tadi lupa mengisi bahan bakar?” tanyaku
“mana mungkin aku lupa, kamu kan tahu sendiri dari tadi kita
tak menemukan pom bensin satupun yang ada malah jalan sepi yang penuh dengan
pohon jati yang menyeramkan” balas zakka membela diri.
“sudahlah, ayo kita turun! Kita cari seseorang barangkali
ada yang bisa kita tanya!” ajakku.
Aku dan zakka turun dari mobil dan berdiri didepan mobil.
Aku mencoba menelepon mobil derek untuk menarik mobil kami sampai kepom bensin
terdekat, tapi sayang sekali usahaku sia-sia karena hari sudah terlalu larut
malam jadi mobil derek tak bisa segera datang, mereka bisa datang besok pagi
atau subuh. Ah.. rasanya sangat menjengkelkan.
“bagaimana ini? Tempat ini sangat sepi,gelap dan menakutkan”
ucap zakka mulai cemas dan panik.
“sifat pengecutmu kapan bisa berubah?” sindirku
“apa maksudmu? Disituasi seperti ini seharusnya kamu tidak
memancing kemarahanku” bentak zakka
“sudahlah, aku hanya bercanda. Yang terpenting ayo kita
pergi. Kita cari seseorang yang bisa kita mintai pertolongan” ujarku
Kami berdua melangkah maju menjauhi mobil yang kami
parkirkan dibahu jalan, kami tinggalkan ami dan roro. Kami hanya berpikir untuk
urusan seperti ini tak perlu melibatkan para gadis.
Beberapa langkah kemudian, aku dan zakka melihat cahaya
lampu gantung yang dibawa seseorang dari kejauhan. Aku mencoba melangkahkan
kakiku mendekati orang itu, tapi zakka menarik lenganku seakan ia tak
mengizinkanku pergi kesana.
“ada apa zak?” tanyaku sedikit terkejut
“jangan pergi kesana!” pinta zakka dengan raut wajah
ketakutan
“kenapa?” tanyaku enteng seakan tak mengerti dengan jalan
pikiran zakka.
“aku takut kalau dia bukan manusia melainkan hantu atau
bahkan zombi yang akan memakan daging kita, kamu tahu sendiri kan kalau tempat
ini sepi dan terlihat angker?” balas zakka ketakutan.dia mulai dengan imajinasi
konyolnya.
“kamu ini pengecut sekali. Mana ada hal konyol seperti itu
dizaman modern seperti ini. Berhentilah berimajinasi!” ucapku agak kesal
setelah pulang dari sini aku akan segera mencarikan dokter
untukmu supaya kamu tidak pengecut lagi” tambahku dengan nada menyindir zakka
“kamu menyindirku?!”ucap zakka kesal.
“sudahlah. Jangan memperburuk suasana. Ayo kita dekati orang
itu!”
“kamu yang memperburuk suasana” gerutu zakka
Aku dan zakka berjalan mendekati orang itu, aku sesekali
meneriaki orang itu dan menyuruhnya berhenti agar kami bisa mendekatinya lebih
cepat. Aku juga menyuruh zakka melakukan apa yang aku lakukan tapi dia malah
merajuk, wajahnya ditekuk dan tak menyauti saat aku ajak bicara, sepertinya ia
masih kesal dengan ucapanku tadi.
“permisi ?!” sapaku dengan sopan setelah mendekati orang
yang membawa lampu pijar itu. orang itu berhenti dan mendekati kami. Wajah
orang itu semakin terlihat setelah lampu pijar ia dekatkan kewajahnya.orang itu
melotot lalu tersenyum sinis. Jelas saja hal itu membuat aku dan zaka sangat
kaget. Aku merasakan buluk kudukku merinding begitu juga dengan zakka yang dari
tadi memegang erat lenganku.tapi Ternyata orang itu seorang nenek-nenek tua
yang sedang berjalan hendak masuk kehutan jati.
“ada apa cu?” tanya sang nenek dengan nada suara yang aneh.
Kami semakin merinding dibuatnya
“begini nek, mobil yang kami tumpangi kehabisan bahan bakar
dan sepertinya tempat ini jauh dari perkotaan karena dari tadi siang kami tak
menemukan pom bensin satupun. Kami sudah menghubungi mobil derek untuk menarik
mobil kami tapi kata pihak yang bersangkutan katanya tidak bisa dilakukan malam
ini juga, mereka bisa memulai pekerjaannya besok subuh” jawabku memberanikan
diri untuk menjelaskan apa yang terjadi kepada nenek tua itu.
“oh begitu. Kalau begitu ikutlah denganku! Aku akan
memberimu tumpangan gratis jangan lupa ajak 2 temanmu juga yang ada didalam
mobil” sahutnya dengan tenang.
Aku dan zakka kaget ketika nenek mengetahui kami
meninggalkan ami dan roro didalam mobil. Keadaan semakin membuat bulu kuduk
kami berdiri.
“untuk pertama kali aku setuju dengan imajinasi liarmu itu.
wajah nenek itu menyeramkan dan kamu lihat sendirikan bagaimana beliau
tersenyum, benar-benar seperti hendak memangsa kita. Jika yang dipikirkanmu
benar, kuharap kamu dulu yang dimasak olehnya” bisikku pelan ditelinga zakka
“kamu ini! Jangan membuatku semakin takut!” bentak zakka.
Dia kesal karena dari tadi aku menggodanya terus
Kenapa cu, apa ada masalah?” tanya nenek secara tiba-tiba
“oh, tidak apa-apa nek. Kami hanya bercanda” ujarku
sekenanya
“kalian jangan suka bercanda ditempat seperti ini, apa
kalian ingin seseorang datang menculik kalian lalu orang itu membunuh kalian,
memotong, merebus dan menyantap daging kalian sebagai cemilannya?” sambung
nenek
Buluk kuduk kami semakin merinding, zakka memegang lenganku
dengan sangat kencang dan sesekali menarik lenganku seakan memberi isyarat
supaya aku meninggalkan nenek itu. tapi aku mencoba untuk berpositif thinking
dan meyakinkan zakka supaya dia tenang dan tak bertindak ceroboh.
Aku mencoba menerima tawaran nenek itu, tapi tidak dengan
zakka ia menolak dengan keras ajakan nenek itu bahkan ia mengancam akan tidur
dimobil bersama ami dan roro dan membiarkanku menginap dirumah nenek sendirian.
Sifat zakka yang pengecut membuatku kewalahan dan tak habis pikir. Aku mencoba
memikirkan cara agar ia mau menginap bersamaku dan juga yang lainnya. Setelah
berpikir lumayan lama, akhirnya aku menemukan sebuah cara. Aku ingat betul ada
sebuah rahasia zaka yang hanya diketahui oleh aku dan dia. Dia tak mau kalau
rahasianya itu bocor keorang lain. Akhirnya dengan sedikit mengancam, aku
memaksa zakka untuk mengikuti permintaanku, atau kalau ia menolak rahasianya
akan bocor kesatu kantor.
“ kamu ini kekanak-kanakan. Beraninya mengancamku seperti
itu. awas nanti kalau aku bisa menemukan kelemahanmu, akan ku beberkan kesemua
teman kerja kita” gerutu zakka. Raut wajahnya benar-benar terlihat sangat
kesal.
“sudahlah. Jangan menggerutu terus, ajak ami dan roro
kesini. Apa kamu mau rahasiamu aku bongkar?!” kataku mengancam
Akhirnya zakka meneruti perkataanku. Ia pergi untuk membangunkan
dan mengajak ami serta roro kemari. Tak lama kemudian mereka bertiga datang
menghampiri kami. Kulihat wajah ami dan roro yang masih mengantuk. Jujur sebenarnya aku tak
tega membangunkan juragan tidur itu tapi mau bagaimana lagi. Keadaannya
darurat.
“ kalian lama sekali” ujarku
“berhentilah sok memerintah kami” sindir zakka
“maaf, aku sangat kelelahan jadi sangat sulit untuk bangun”
sambung roro sambil sesekali menutupi mulutnya yang hendak menguap.
“ loh, nenek ini siapa?” tanya ami
“dia nenek yang kuceritakan barusan kepada kalian berdua.
Salman memaksa kita untuk menginap dirumahnya, padalah kalian lihat saja
sendiri, nenek itu sangat menakutkan dan juga mencurigakan. Aku yakin ada modus
lain dibalik beliau meminta kita untuk menginap dirumahnya” bisik zakka kepada
ami dan roro.
“kalau begitu bagus sekali, aku bisa melanjutkan tidurku dengan
tenang tanpa pegal-pegal ,karena tidur didalam mobil membuat badanku semakin
tak karuan saja. Benar-benar beruntung bisa bertemu orang baik seperti nenek
ini” sahut roro sumringah sambil meraih lengan nenek dan mulai menuntunnya
berjalan.
“kau benar-benar gadis yang baik” balas nenek sambil
tersenyum aneh
“roro apa yang kau katakan, bagaimana kalau nenek ini ingin
memasak daging kita dan menjadikannya cemilan?” ujar zaka kesal
“tidak usah berlebihan, dizaman modern seperti ini mana ada
orang yang mau memakan daging orang lain. Lagi pula zamannya si sumanto kan
sudah lewat?!” balas roro dengan santai.
“ami, bagaiman denganmu?” tanyaku meminta persetujuan
darinya
“aku terserah kalian saja, lagipula tak ada salahnya
menginap semalam dirumah nenek” sahut ami santai
“ jadi bagaimana denganmu zaka? Apa kamu ingin tidur sendirian
didalam mobil dan seseorang datang menculikmu lalu merebus dagingmu?” tanyaku
memberi penawaran terakhir kepada zaka
“ baiklah, aku ikut” jawab zakka pasrah
Akhirnya kami sepakat untuk menginap dirumah nenek tersebut.
Kami pun berjalan bersama nenek menyusuri hutan pohon jati yang gelap dan
sunyi.
Tak lama kemudian, kami sampai didepan sebuah rumah. Rumah
kayu yang antik dan cukup luas. Rumah itu satu-satunya yang berdiri tegak
diantara pepohonan yang tumbuh kokoh disekitarnya.
“tidak ada rumah selain rumah itu, apa itu rumah nenek?”
tanyaku pelan. Sang nenek mengangguk dan tersenyum.
“nenek, jangan tersenyum seperti itu! wajahmu semakin
membuatku takut!” bentak zakka
“zakka, kamu tak boleh berbicara kasar kepada nenek” balasku
membela nenek
“apa nenek tinggal sendirian disini?” tanya roro. Nenek
kembali mengangguk
“pasti orang-orang yang lainnya sudah dimakan nenek!”
celetuk zakka
“zaka, berhentilah berbicara omong kosong!” perintahku
Nenek membukakan pintu dan mempersilahkan kami masuk. Beliau
lalu menutup pintu dan menyuruh kami duduk.
“tunggulah disini cu, nenek akan bawakan makanan dan minuman
untuk kalian. Aku tahu pasti kalian lapar dan haus setelah menempuh perjalanan
yang jauh” pinta nenek. Kami serentak mengangguk seakan paham apa yang
diucapkan nenek. Nenekpun berjalan masuk menuju ruang belakang.
Aku berdiri san melihat-lihat isi rumah nenek. Aku
benar-benar kagum dengan keadaan rumah nenek, walaupun kecil tapi perabotan
rumah tersusun rapi, ditambah banyak sekali patung-patung unik yang menghiasi
tiap sudut ruangan. Tapi yang membuatku heran adalah banyaknya patung kepala hewan
yang berjejer rapi disetiap diding. Patung kepala hewan itu seakan mengawasi
kami yang hendak beristirahat. Imajinasi liarku mulai bermunculan, sepertinya
aku ketularan zakka. Memikirkan hal-hal yang berbau mistis. Aku hendak beranjak
naik ketangga, aku penasaran dengan lantai atas.” Mungkin aku bisa menemukan
sesuatu yang berharga diatas sana” pikirku dalam hati. Roro beberapa kali
melarang dan mengingatkanku agar berlaku sopan dan tidak lancang dengan
memasuki ruangan tanpa seizin sang pemilik. Tapi rasa penasaranku lebih besar
dibandingkan rasa takutku terhadap larangan roro.
Kudengar dari atas, roro mengomel kepada ami dan zaka.
” Ami, jangan sentuh barang itu! barang itu bukan milikmu?”
omel roro
“tapi aku menyukainya” bela ami
“dan kau zaka, sampai kapan kamu mau mondar mandir terus.
Duduk dan tunggu nenek disini dengan tenang” omel roro kepada zaka
Tiba-tiba aku menemukan ruang kosong yang tertutup rapat
dengan pintu bergambarkan tengkorak hitam. Sontak hal ini membuatku terkejut
dan benar-benar panik. Tanpa berpikir panjang aku langsung berteriak memanggil
ketiga temanku itu. ketiganya serentak datang bersamaan dan menanyakan apa yang
terjadi.
“sudah kubilangkan, jangan lancang memasuki rumah orang
lain. Kita ini tamu dan berlakulah sopan layaknya tamu yang baik” bentak roro.
“salman, apa yang kamu lakukan” teriak zaka ketika melihatku
membuka pintu ruangan itu.
“aku hanya ingin mengetahui isinya saja” sahutku dengan
santai sambil membuka pintu itu pelan-pelan.
Betapa terkejutnya aku ketika melihat isi ruangan itu.
ruangan itu benar-benar luas tapi tak ada perabotan apapun selain peti kecil
yang berada diatas meja dekat cendela kaca itu.
“lihat teman-teman, ada sebuah peti misterius” ucapku senang
“peti? Apa mungkin peti harta karun?” tanya ami
“ayo kita buka. Barangkali ada jawaban dari teka-teki nenek
dan rumah ini” tambah zaka
“hei, jangan lakukan itu. kita akan mendapat masalah besar
jika sampai ketahuan nenek” omel roro.
“jangan dengarkan roro, buka saja petinya salman. Dari tadi
kerjaan roro hanya mengomel saja” ketus zaka.
Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil dan membuka peti
misterius itu. aku membukanya sangat pelan berharap ada sesuatu yang menarik
kutemukan, roro yang tadinya menentang, akhirnya ikut melihat isi peti itu.
tapi belum sempat kami melihat isi peti itu, seseorang datang mengejutkan kami.
“sedang apa kalian?!” tanya orang itu dengan nada marah.
Ternyata orang itu adalah nenek.
“nenek?” kata kami serentak dengan wajah yang benar-benar
kaget dan panik
“anu nek..” ucapku yang tak bisa dilanjutkan.
“tamatlah riwayat kita. Nenek itu pasti sangat marah. Beliau
akan membunuh, memotong dan merebus daging kita” bisik zaka dengan raut wajah
sangat ketakutan.
“berhentilah bersikap penakut seperti itu” balasku lirih
“maafkan kami nek telah lancang. Aku sudah melarang dan
menasehati mereka tapi mereka sangat keras kepala dan tak mau mendengarkanku.
Jika nenek ingin memakan kami, makanlah mereka bertiga saja dan biarkan aku
hidup” ujar roro membela diri.
“roro apa yang kamu katakan?!! Apa kamu ingin mati...!!”
bentak kami bertiga kepada roro.
Nenek menatap tajam kami, tatapannya benar-benar seperti
elang yang hendak menerkam mangsanya. Tapi tiba-tiba beliau tertawa
terbahak-bahak. Tingkah anehnya membuat kami semakin merinding.
Nenek itu berjalan mendekati kami dan merampas paksa peti
yang aku pegang.
“kembalikan benda berhargaku. Seharusnya kalian bertiga
mendengarkan teman gadismu ini, dan kau gadis, seharusnya kau juga tidak
ikut-ikutan bersama mereka” ucap nenek marah
“maafkan kami nek” ucap kami berempat
“apa kalian tahu?! Isi peti ini sangat berharga bagiku. Aku
tak mau jika ada orang asing seperti kalian mencurinya makanya kuletakan
dilantai atas dan kugambar pintu ruangannya dengan gambar tengkorak sehingga
orang-orang penakut sepertimu tak berniat membukanya” ucap nenek mencoba
menjelaskan sambil menunjuk kearah zakka
“tapi ternyata dugaanku salah. Nyali dan rasa penasaran
kalian lebih besar daripada yang kukira” tambahnya
“tapi nenek sendiri yang menyuruh kami menginap” sela zakka
membela. Nenek itu mengangguk dan tersenyum aneh.
“kau ini, selain penakut juga banyak sekali bicara. Kalau
saja aku lapar, aku pasti akan memasak dagingmu lebih dulu” balas nenek
“syukurlah, zakka duluan yang dimasak. Sekarang aku bisa tenang,
lagipula perut nenek kecil mana mungkin bisa muat untuk menampung empat orang,
sudah makan daging zakka saja pasti sudah kenyang” ujar ami sambil menghela
nafas
“ apa yang kamu katakan?! Jangan menakutiku seperti itu”
bentak zaka
“jangan khawatir, cepat atau lambat aku pasti akan memakan daging kalian semua”
ucap nenek membuat kami semakin ketakutan.
Nenek itu lalu membuka peti misterius itu dan mengambil
isinya. Benar-benar hal yang tak diduga-duga , ternyata isi dari peti itu
adalah sisir tua milik sang nenek, sontak hal itu membuat kami kaget dan
melongo. Kami benar-benar merasa dikerjai imajinasi kami sendiri dan nenek tua
itu.
“ jadi isi peti itu Cuma sisir tua yang tak berharga ?
kenapa nenek menyimpan sisir tua itu didalam peti dan meletakannya didalam
ruangan kosong ini?!” bentak zaka
“kau anak muda yang tak tahu apa-apa tentang sejarah sisir
ini” ujar sang nenek dengan raut wajah sedih
“jelas saja aku tak tahu, itukan sisir milik nenek bukan
milikku!” ucap zakka kesal merasa tersinggung dengan ucapan nenek
“sisir ini memang sudah tua bahkan tak layak pakai, tapi
benda ini sangat berharga untukku. Sisir ini adalah benda satu-satunya yang
tersisa peninggalan suamiku dan juga saksi dari kejadian pilu malam itu” sang nenek sambil menatap sedih sisir tua
itu.
Aku benar-benar merasa bersalah atas kelakuanku. Gara-gara
kelakuanku yang tidak sopan ini, sang nenek jadi sedih mengingat kenangan masa
lalunya bersama sang suami.
“kalau boleh tahu, kemana suami nenek itu pergi?” tanya roro
pelan
“entahlah. Dulu beliau berpamitan untuk berperang dan
menyuruhku menunggu dirumah tapi sampai saat ini tak ada kabar darinya. Mungkin
beliau sudah kalah bertempur” jawab nenek
“maaf nek, membuatmu semakin sedih” ucap roro sambil
mendekati nenek dan mencoba merangkul bahu nenek
“tidak apa-apa cu” balas nenek yang terlihat tegar
“lalu jalan tadi, kata nenek sering ada orang menghilang?
Apa maksudnya?” celetuk zaka
“oh yang itu, dulu tempat itu adalah daerah kekuasaan penjajah
jepang. Siapapun yang melewati jalan itu akan diculik dan dibunuh lalu mayatnya
dibuang disungai yang deras atau bahkan dijurang-jurang yang curam.” Jawab
nenek
“aku masih teringat jelas saat suami salah satu tetanggaku
yang lewat kejalan itu. tiba-tiba tentara jepang itu membawanya pergi dan 2 hari
kemudian dia ditemukan sudah tak bernyawa lagi dijalan itu” tambah sang nenek
“apakah nenek masih punya sanak saudara? Kenapa nenek
tinggal sendirian ditempat yang sesunyi ini?” tanya ami ikut nimbrung
“bukan begitu, aku tak mau meninggalkan tempat ini karena
banyak sekali kenangan disini. Dulu memang tempat ini adalah kampung yang
sangat ramai dan ramah. Kami semua rajin bekerja dan bergotong royong untuk
menyelesaikan sesuatu pekerjaan yang berat. Dulu penjajah sering datang kemari
tapi kami berhasil mengusirnya karena persatuan kampung kami. Tetapi suatu hal
buruk terjadi, malam itu kebetulan aku sedang mendapatkan pekerjaan mengurut
bayi dikampung sebelah. Ketika aku pulang, kampung kami hangus terbakar, orang
mati terbakar dimana-mana. Itu adalah pengalaman yang sangat pilu dan
menyakitkan hati. Keesokan harinya aku datang kekampung sebelah meminta bantuan
untuk menguburkan mayat- mayat penduduk kampungku. Seminggu kemudian kampung
ini menjadi mati seperti yang terlihat sekarang ini. Aku berusaha tegar
menghadapi semua ini dan sebagai penghormatan terakhir untuk mereka, aku
memutuskan untuk menjaga makam mereka dan kampung ini sendirian. Walaupun
beberapa kali orang dikampung sebelah mengajakku untuk pindah tapi aku tetap
menolak dan lebih memilih tinggal disini sampai akhir khayatku” kata nenek
bercerita panjang lebar tentang kampungnya
Kami benar-benar sedih dan salut kepada nenek setelah
mendengar ceritanya. Aku jadi sadar dan bersyukur karena hidup yang aku jalani
saat ini lebih beruntung daripada kehidupan nenek dimasa lalu. Kulihat air mata
menetes dipipi zaka dan ami sedangkan roro merangkul kuat tubuh renta sang
nenek.
“maafkan aku nek, aku
tak tahu kalau nenek ini benar-benar nenek super” ucap zaka disela-sela
tangisannya. Nenek itu tersenyum mendengar ucapan maaf dari bibir zaka
“turunlah kebawah dan makanlah singkong rebus yang sudah
nenek siapkan, lalu setelah itu beristirahatlah supaya besok badan kalian segar
kembali. Soal tadi, maaf nenek sudah membuat kalian menunggu, karena aku harus
mencari kayu bakar dulu diluar untuk membakar singkong itu” ucap nenek
“ tidak apa-apa nek, harusnya kami yang meminta maaf karena
sudah merepotkan nenek, seharusnya nenek bilang kekami masalah kayu bakar yang
telah habis pasti kami bantu mencarinya” balas zaka
“kamu ini, mana ada tamu yang disuruh mencari kayu bakar
tengah malam begini” canda nenek
Kamipun tertawa bersama,
Keesokan harinya, wajah kami terlihat sangat segar, kami
mempersiapkan diri untuk meninggalkan rumah nenek, aku benar-benar tak tega
meninggalkan nenek yang sudah renta itu tinggal sendirian ditempat sesepi ini,
ingin rasanya aku mengajaknya kerumahku dan menjadikannya nenek angkatku, tapi
mendengar ucapan dan janji nenek tadi malam, aku yakin nenek pasti akan menolak
ajakanku.
Aku mengikat tali sepatuku tiba-tiba ponselku berdering. Aku
segera mengangkatnya
“halo siapa ini ?” tanyaku
“ maaf pak, ini dari pihak mobil derek, kami sudah sampai
dan sekarang kami bersiap untuk menarik mobil bapak” jawab seseorang didalam
telepon
Akupun segera bersiap dan menyuruh ketiga temanku agar
secepatnya bersiap. Soalnya sebentar lagi mobilnya akan berangkat.
“jadi nenek tak tertarik lagi untuk memakan daging kami?”
canda zaka sebelum berpamitan
“mana mungkin aku mau memakan pemuda pengecut dan banyak bicara
sepertimu?!” tegas nenek
“syukurlah, aku jadi tenang. Akhirnya nenek kembali kejalan
yang benar” tambah zakka.
“sana cepat pergi, sebelum aku berubah pikiran. Tpi sebelum
itu habiskan dulu bubur hangatnya” suruh nenek
“nenek itu ternyata tak berubah, masih saja kejam seperti
awal bertemu” gerutu zaka
“hahaha...” kamipun tertawa bersama
“sudahlah, ayo habiskan dan cepat pergi” tambahku.
Akhirnya tiba saatnya kami harus berpamitan dengan nenek
baik hati yang kutemui ditengah jalan. Kami satu persatu bersalaman dengan
nenek, memeluk dan mencium tangannya sambil mengucapkan banyak terimakasih.
Kamipun meninggalkan nenek dan berjalan menuju mobil kami yang akan diderek.
Ini adalah pengalaman kesasar yang terbaik yang pernah
kualami bersama dengan ketiga temanku. Semoga untuk liburan berikutnya ada
pengalaman-pengalaman yang menarik lagi yang bisa diambil hikmahnya, dan untuk
nenek semoga tuhan melindunginya selalu dan senantianya memberinya kesehatan
dan kekuatan. Aku berharap suatu saat bisa bertemu lagi dengan nenek itu dan
meneladani karakternya.
Tamat
Mantap jiwaa!!
BalasHapus