Sabtu, 20 Mei 2017

Rahasia Nenek Misterius



                                             Rahasia Nenek Misterius

Kupasang headseat dikedua kupingku,kusenderkan bahu dan kepalaku dijok mobil yang aku tumpangi sambil mendengarkan musik rock kesukaanku.
Hari ini aku benar-benar merasa sangat lelah. Sekujur tubuhku terasa sakit semua. aku berharap bisa segera sampai ke jakarta dan segera mendatangkan tukang pijit kerumahku.
Aku melirik samping kananku, kulihat zakka sedang fokus menyetir lalu kutengok kebelakang mobil, ada ami dan roro yang sedari jogya sudah tertidur pulas.

 “ mereka berdua benar-benar juaranya tidur?” ucapku pelan. 

“ ya begitulah “ sahut zakka enteng

“zak, aku tidur dulu sebentar” kataku pada zakka yang sedari tadi menyetir. Zakka mengangguk.

 Laju mobil yang kencang dan sunyinya malam membuatku semakin terlarut dalam suasana malam. Ditambah alunan musik rock yang kudengar membuatku tak bisa menahan lagi untuk terlelap. Tapi entah apa yang terjadi, baru saja aku mulai bisa tidur tiba-tiba mobil yang kami tumpangi berhenti mendadak ditengah jalan yang sepi dan gelap dan disekitarnya dikelilingi pohon jati yang tinggi dan lebat.

“ada apa zak?” tanyaku dengan nada berat karena masih terasa kantuk.

“gak tau nih, sepertinya bahan bakar mobil habis” jawab zakka sekenanya.

“ah.. sial. Padahal perjalanan pulang masih jauh, ditambah tempat ini sangat sepi dan sunyi. Aku tidak yakin bisa bertemu seseorang disini” ucapku mulai cemas.

“apa kamu tadi lupa mengisi bahan bakar?” tanyaku

“mana mungkin aku lupa, kamu kan tahu sendiri dari tadi kita tak menemukan pom bensin satupun yang ada malah jalan sepi yang penuh dengan pohon jati yang menyeramkan” balas zakka membela diri.

“sudahlah, ayo kita turun! Kita cari seseorang barangkali ada yang bisa kita tanya!” ajakku.

Aku dan zakka turun dari mobil dan berdiri didepan mobil. Aku mencoba menelepon mobil derek untuk menarik mobil kami sampai kepom bensin terdekat, tapi sayang sekali usahaku sia-sia karena hari sudah terlalu larut malam jadi mobil derek tak bisa segera datang, mereka bisa datang besok pagi atau subuh. Ah.. rasanya sangat menjengkelkan.

“bagaimana ini? Tempat ini sangat sepi,gelap dan menakutkan” ucap zakka mulai cemas dan panik.
“sifat pengecutmu kapan bisa berubah?” sindirku

“apa maksudmu? Disituasi seperti ini seharusnya kamu tidak memancing kemarahanku” bentak zakka

“sudahlah, aku hanya bercanda. Yang terpenting ayo kita pergi. Kita cari seseorang yang bisa kita mintai pertolongan” ujarku

Kami berdua melangkah maju menjauhi mobil yang kami parkirkan dibahu jalan, kami tinggalkan ami dan roro. Kami hanya berpikir untuk urusan seperti ini tak perlu melibatkan para gadis.
Beberapa langkah kemudian, aku dan zakka melihat cahaya lampu gantung yang dibawa seseorang dari kejauhan. Aku mencoba melangkahkan kakiku mendekati orang itu, tapi zakka menarik lenganku seakan ia tak mengizinkanku pergi kesana.

“ada apa zak?” tanyaku sedikit terkejut

“jangan pergi kesana!” pinta zakka dengan raut wajah ketakutan

“kenapa?” tanyaku enteng seakan tak mengerti dengan jalan pikiran zakka.

“aku takut kalau dia bukan manusia melainkan hantu atau bahkan zombi yang akan memakan daging kita, kamu tahu sendiri kan kalau tempat ini sepi dan terlihat angker?” balas zakka ketakutan.dia mulai dengan imajinasi konyolnya.

“kamu ini pengecut sekali. Mana ada hal konyol seperti itu dizaman modern seperti ini. Berhentilah berimajinasi!” ucapku agak kesal

setelah pulang dari sini aku akan segera mencarikan dokter untukmu supaya kamu tidak pengecut lagi” tambahku dengan nada menyindir zakka

“kamu menyindirku?!”ucap zakka kesal.

“sudahlah. Jangan memperburuk suasana. Ayo kita dekati orang itu!” 

“kamu yang memperburuk suasana” gerutu zakka

Aku dan zakka berjalan mendekati orang itu, aku sesekali meneriaki orang itu dan menyuruhnya berhenti agar kami bisa mendekatinya lebih cepat. Aku juga menyuruh zakka melakukan apa yang aku lakukan tapi dia malah merajuk, wajahnya ditekuk dan tak menyauti saat aku ajak bicara, sepertinya ia masih kesal dengan ucapanku tadi.

“permisi ?!” sapaku dengan sopan setelah mendekati orang yang membawa lampu pijar itu. orang itu berhenti dan mendekati kami. Wajah orang itu semakin terlihat setelah lampu pijar ia dekatkan kewajahnya.orang itu melotot lalu tersenyum sinis. Jelas saja hal itu membuat aku dan zaka sangat kaget. Aku merasakan buluk kudukku merinding begitu juga dengan zakka yang dari tadi memegang erat lenganku.tapi Ternyata orang itu seorang nenek-nenek tua yang sedang berjalan hendak masuk kehutan jati.

“ada apa cu?” tanya sang nenek dengan nada suara yang aneh. Kami semakin merinding dibuatnya

“begini nek, mobil yang kami tumpangi kehabisan bahan bakar dan sepertinya tempat ini jauh dari perkotaan karena dari tadi siang kami tak menemukan pom bensin satupun. Kami sudah menghubungi mobil derek untuk menarik mobil kami tapi kata pihak yang bersangkutan katanya tidak bisa dilakukan malam ini juga, mereka bisa memulai pekerjaannya besok subuh” jawabku memberanikan diri untuk menjelaskan apa yang terjadi kepada nenek tua itu.

“oh begitu. Kalau begitu ikutlah denganku! Aku akan memberimu tumpangan gratis jangan lupa ajak 2 temanmu juga yang ada didalam mobil” sahutnya dengan tenang.

Aku dan zakka kaget ketika nenek mengetahui kami meninggalkan ami dan roro didalam mobil. Keadaan semakin membuat bulu kuduk kami berdiri.

“untuk pertama kali aku setuju dengan imajinasi liarmu itu. wajah nenek itu menyeramkan dan kamu lihat sendirikan bagaimana beliau tersenyum, benar-benar seperti hendak memangsa kita. Jika yang dipikirkanmu benar, kuharap kamu dulu yang dimasak olehnya” bisikku pelan ditelinga zakka

“kamu ini! Jangan membuatku semakin takut!” bentak zakka. Dia kesal karena dari tadi aku menggodanya terus

Kenapa cu, apa ada masalah?” tanya nenek secara tiba-tiba

“oh, tidak apa-apa nek. Kami hanya bercanda” ujarku sekenanya

“kalian jangan suka bercanda ditempat seperti ini, apa kalian ingin seseorang datang menculik kalian lalu orang itu membunuh kalian, memotong, merebus dan menyantap daging kalian sebagai cemilannya?” sambung nenek

Buluk kuduk kami semakin merinding, zakka memegang lenganku dengan sangat kencang dan sesekali menarik lenganku seakan memberi isyarat supaya aku meninggalkan nenek itu. tapi aku mencoba untuk berpositif thinking dan meyakinkan zakka supaya dia tenang dan tak bertindak ceroboh.

Aku mencoba menerima tawaran nenek itu, tapi tidak dengan zakka ia menolak dengan keras ajakan nenek itu bahkan ia mengancam akan tidur dimobil bersama ami dan roro dan membiarkanku menginap dirumah nenek sendirian. Sifat zakka yang pengecut membuatku kewalahan dan tak habis pikir. Aku mencoba memikirkan cara agar ia mau menginap bersamaku dan juga yang lainnya. Setelah berpikir lumayan lama, akhirnya aku menemukan sebuah cara. Aku ingat betul ada sebuah rahasia zaka yang hanya diketahui oleh aku dan dia. Dia tak mau kalau rahasianya itu bocor keorang lain. Akhirnya dengan sedikit mengancam, aku memaksa zakka untuk mengikuti permintaanku, atau kalau ia menolak rahasianya akan bocor kesatu kantor.

“ kamu ini kekanak-kanakan. Beraninya mengancamku seperti itu. awas nanti kalau aku bisa menemukan kelemahanmu, akan ku beberkan kesemua teman kerja kita” gerutu zakka. Raut wajahnya benar-benar terlihat sangat kesal.

“sudahlah. Jangan menggerutu terus, ajak ami dan roro kesini. Apa kamu mau rahasiamu aku bongkar?!” kataku mengancam

Akhirnya zakka meneruti perkataanku. Ia pergi untuk membangunkan dan mengajak ami serta roro kemari. Tak lama kemudian mereka bertiga datang menghampiri kami. Kulihat wajah ami dan roro yang  masih mengantuk. Jujur sebenarnya aku tak tega membangunkan juragan tidur itu tapi mau bagaimana lagi. Keadaannya darurat.

“ kalian lama sekali” ujarku

“berhentilah sok memerintah kami” sindir zakka

“maaf, aku sangat kelelahan jadi sangat sulit untuk bangun” sambung roro sambil sesekali menutupi mulutnya yang hendak menguap.

“ loh, nenek ini siapa?” tanya ami

“dia nenek yang kuceritakan barusan kepada kalian berdua. Salman memaksa kita untuk menginap dirumahnya, padalah kalian lihat saja sendiri, nenek itu sangat menakutkan dan juga mencurigakan. Aku yakin ada modus lain dibalik beliau meminta kita untuk menginap dirumahnya” bisik zakka kepada ami dan roro.

“kalau begitu bagus sekali, aku bisa melanjutkan tidurku dengan tenang tanpa pegal-pegal ,karena tidur didalam mobil membuat badanku semakin tak karuan saja. Benar-benar beruntung bisa bertemu orang baik seperti nenek ini” sahut roro sumringah sambil meraih lengan nenek dan mulai menuntunnya berjalan.

“kau benar-benar gadis yang baik” balas nenek sambil tersenyum aneh

“roro apa yang kau katakan, bagaimana kalau nenek ini ingin memasak daging kita dan menjadikannya cemilan?” ujar zaka kesal

“tidak usah berlebihan, dizaman modern seperti ini mana ada orang yang mau memakan daging orang lain. Lagi pula zamannya si sumanto kan sudah lewat?!” balas roro dengan santai.

“ami, bagaiman denganmu?” tanyaku meminta persetujuan darinya

“aku terserah kalian saja, lagipula tak ada salahnya menginap semalam dirumah nenek” sahut ami santai

“ jadi bagaimana denganmu zaka? Apa kamu ingin tidur sendirian didalam mobil dan seseorang datang menculikmu lalu merebus dagingmu?” tanyaku memberi penawaran terakhir kepada zaka

“ baiklah, aku ikut” jawab zakka pasrah

Akhirnya kami sepakat untuk menginap dirumah nenek tersebut. Kami pun berjalan bersama nenek menyusuri hutan pohon jati yang gelap dan sunyi.

Tak lama kemudian, kami sampai didepan sebuah rumah. Rumah kayu yang antik dan cukup luas. Rumah itu satu-satunya yang berdiri tegak diantara pepohonan yang tumbuh kokoh disekitarnya.

“tidak ada rumah selain rumah itu, apa itu rumah nenek?” tanyaku pelan. Sang nenek mengangguk dan tersenyum.

“nenek, jangan tersenyum seperti itu! wajahmu semakin membuatku takut!” bentak zakka

“zakka, kamu tak boleh berbicara kasar kepada nenek” balasku membela nenek

“apa nenek tinggal sendirian disini?” tanya roro. Nenek kembali mengangguk

“pasti orang-orang yang lainnya sudah dimakan nenek!” celetuk zakka

“zaka, berhentilah berbicara omong kosong!” perintahku

Nenek membukakan pintu dan mempersilahkan kami masuk. Beliau lalu menutup pintu dan menyuruh kami duduk.

“tunggulah disini cu, nenek akan bawakan makanan dan minuman untuk kalian. Aku tahu pasti kalian lapar dan haus setelah menempuh perjalanan yang jauh” pinta nenek. Kami serentak mengangguk seakan paham apa yang diucapkan nenek. Nenekpun berjalan masuk menuju ruang belakang.

Aku berdiri san melihat-lihat isi rumah nenek. Aku benar-benar kagum dengan keadaan rumah nenek, walaupun kecil tapi perabotan rumah tersusun rapi, ditambah banyak sekali patung-patung unik yang menghiasi tiap sudut ruangan. Tapi yang membuatku heran adalah banyaknya patung kepala hewan yang berjejer rapi disetiap diding. Patung kepala hewan itu seakan mengawasi kami yang hendak beristirahat. Imajinasi liarku mulai bermunculan, sepertinya aku ketularan zakka. Memikirkan hal-hal yang berbau mistis. Aku hendak beranjak naik ketangga, aku penasaran dengan lantai atas.” Mungkin aku bisa menemukan sesuatu yang berharga diatas sana” pikirku dalam hati. Roro beberapa kali melarang dan mengingatkanku agar berlaku sopan dan tidak lancang dengan memasuki ruangan tanpa seizin sang pemilik. Tapi rasa penasaranku lebih besar dibandingkan rasa takutku terhadap larangan roro.

Kudengar dari atas, roro mengomel kepada ami dan zaka.

” Ami, jangan sentuh barang itu! barang itu bukan milikmu?” omel roro

“tapi aku menyukainya” bela ami

“dan kau zaka, sampai kapan kamu mau mondar mandir terus. Duduk dan tunggu nenek disini dengan tenang” omel roro kepada zaka

Tiba-tiba aku menemukan ruang kosong yang tertutup rapat dengan pintu bergambarkan tengkorak hitam. Sontak hal ini membuatku terkejut dan benar-benar panik. Tanpa berpikir panjang aku langsung berteriak memanggil ketiga temanku itu. ketiganya serentak datang bersamaan dan menanyakan apa yang terjadi.

“sudah kubilangkan, jangan lancang memasuki rumah orang lain. Kita ini tamu dan berlakulah sopan layaknya tamu yang baik” bentak roro.

“salman, apa yang kamu lakukan” teriak zaka ketika melihatku membuka pintu ruangan itu.

“aku hanya ingin mengetahui isinya saja” sahutku dengan santai sambil membuka pintu itu pelan-pelan.

Betapa terkejutnya aku ketika melihat isi ruangan itu. ruangan itu benar-benar luas tapi tak ada perabotan apapun selain peti kecil yang berada diatas meja dekat cendela kaca itu.

“lihat teman-teman, ada sebuah peti misterius” ucapku senang

“peti? Apa mungkin peti harta karun?” tanya ami

“ayo kita buka. Barangkali ada jawaban dari teka-teki nenek dan rumah ini” tambah zaka

“hei, jangan lakukan itu. kita akan mendapat masalah besar jika sampai ketahuan nenek” omel roro.

“jangan dengarkan roro, buka saja petinya salman. Dari tadi kerjaan roro hanya mengomel saja” ketus zaka.

Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil dan membuka peti misterius itu. aku membukanya sangat pelan berharap ada sesuatu yang menarik kutemukan, roro yang tadinya menentang, akhirnya ikut melihat isi peti itu. tapi belum sempat kami melihat isi peti itu, seseorang datang mengejutkan kami.

“sedang apa kalian?!” tanya orang itu dengan nada marah. Ternyata orang itu adalah nenek.

“nenek?” kata kami serentak dengan wajah yang benar-benar kaget dan panik

“anu nek..” ucapku yang tak bisa dilanjutkan.

“tamatlah riwayat kita. Nenek itu pasti sangat marah. Beliau akan membunuh, memotong dan merebus daging kita” bisik zaka dengan raut wajah sangat ketakutan.

“berhentilah bersikap penakut seperti itu” balasku lirih

“maafkan kami nek telah lancang. Aku sudah melarang dan menasehati mereka tapi mereka sangat keras kepala dan tak mau mendengarkanku. Jika nenek ingin memakan kami, makanlah mereka bertiga saja dan biarkan aku hidup” ujar roro membela diri.

“roro apa yang kamu katakan?!! Apa kamu ingin mati...!!” bentak kami bertiga kepada roro.

Nenek menatap tajam kami, tatapannya benar-benar seperti elang yang hendak menerkam mangsanya. Tapi tiba-tiba beliau tertawa terbahak-bahak. Tingkah anehnya membuat kami semakin merinding.

Nenek itu berjalan mendekati kami dan merampas paksa peti yang aku pegang.

“kembalikan benda berhargaku. Seharusnya kalian bertiga mendengarkan teman gadismu ini, dan kau gadis, seharusnya kau juga tidak ikut-ikutan bersama mereka” ucap nenek marah

“maafkan kami nek” ucap kami berempat

“apa kalian tahu?! Isi peti ini sangat berharga bagiku. Aku tak mau jika ada orang asing seperti kalian mencurinya makanya kuletakan dilantai atas dan kugambar pintu ruangannya dengan gambar tengkorak sehingga orang-orang penakut sepertimu tak berniat membukanya” ucap nenek mencoba menjelaskan sambil menunjuk kearah zakka

“tapi ternyata dugaanku salah. Nyali dan rasa penasaran kalian lebih besar daripada yang kukira” tambahnya

“tapi nenek sendiri yang menyuruh kami menginap” sela zakka membela. Nenek itu mengangguk dan tersenyum aneh.

“kau ini, selain penakut juga banyak sekali bicara. Kalau saja aku lapar, aku pasti akan memasak dagingmu lebih dulu” balas nenek

“syukurlah, zakka duluan yang dimasak. Sekarang aku bisa tenang, lagipula perut nenek kecil mana mungkin bisa muat untuk menampung empat orang, sudah makan daging zakka saja pasti sudah kenyang” ujar ami sambil menghela nafas

“ apa yang kamu katakan?! Jangan menakutiku seperti itu” bentak zaka

“jangan khawatir, cepat atau lambat  aku pasti akan memakan daging kalian semua” ucap nenek membuat kami semakin ketakutan.

Nenek itu lalu membuka peti misterius itu dan mengambil isinya. Benar-benar hal yang tak diduga-duga , ternyata isi dari peti itu adalah sisir tua milik sang nenek, sontak hal itu membuat kami kaget dan melongo. Kami benar-benar merasa dikerjai imajinasi kami sendiri dan nenek tua itu.

“ jadi isi peti itu Cuma sisir tua yang tak berharga ? kenapa nenek menyimpan sisir tua itu didalam peti dan meletakannya didalam ruangan kosong ini?!” bentak zaka 

“kau anak muda yang tak tahu apa-apa tentang sejarah sisir ini” ujar sang nenek dengan raut wajah sedih

“jelas saja aku tak tahu, itukan sisir milik nenek bukan milikku!” ucap zakka kesal merasa tersinggung dengan ucapan nenek

“sisir ini memang sudah tua bahkan tak layak pakai, tapi benda ini sangat berharga untukku. Sisir ini adalah benda satu-satunya yang tersisa peninggalan suamiku dan juga saksi dari kejadian pilu malam itu”  sang nenek sambil menatap sedih sisir tua itu.

Aku benar-benar merasa bersalah atas kelakuanku. Gara-gara kelakuanku yang tidak sopan ini, sang nenek jadi sedih mengingat kenangan masa lalunya bersama sang suami.

“kalau boleh tahu, kemana suami nenek itu pergi?” tanya roro pelan

“entahlah. Dulu beliau berpamitan untuk berperang dan menyuruhku menunggu dirumah tapi sampai saat ini tak ada kabar darinya. Mungkin beliau sudah kalah bertempur” jawab nenek

“maaf nek, membuatmu semakin sedih” ucap roro sambil mendekati nenek dan mencoba merangkul bahu nenek

“tidak apa-apa cu” balas nenek yang terlihat tegar

“lalu jalan tadi, kata nenek sering ada orang menghilang? Apa maksudnya?” celetuk zaka

“oh yang itu, dulu tempat itu adalah daerah kekuasaan penjajah jepang. Siapapun yang melewati jalan itu akan diculik dan dibunuh lalu mayatnya dibuang disungai yang deras atau bahkan dijurang-jurang yang curam.” Jawab nenek

“aku masih teringat jelas saat suami salah satu tetanggaku yang lewat kejalan itu. tiba-tiba tentara jepang itu membawanya pergi dan 2 hari kemudian dia ditemukan sudah tak bernyawa lagi dijalan itu” tambah sang nenek

“apakah nenek masih punya sanak saudara? Kenapa nenek tinggal sendirian ditempat yang sesunyi ini?” tanya ami ikut nimbrung

“bukan begitu, aku tak mau meninggalkan tempat ini karena banyak sekali kenangan disini. Dulu memang tempat ini adalah kampung yang sangat ramai dan ramah. Kami semua rajin bekerja dan bergotong royong untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan yang berat. Dulu penjajah sering datang kemari tapi kami berhasil mengusirnya karena persatuan kampung kami. Tetapi suatu hal buruk terjadi, malam itu kebetulan aku sedang mendapatkan pekerjaan mengurut bayi dikampung sebelah. Ketika aku pulang, kampung kami hangus terbakar, orang mati terbakar dimana-mana. Itu adalah pengalaman yang sangat pilu dan menyakitkan hati. Keesokan harinya aku datang kekampung sebelah meminta bantuan untuk menguburkan mayat- mayat penduduk kampungku. Seminggu kemudian kampung ini menjadi mati seperti yang terlihat sekarang ini. Aku berusaha tegar menghadapi semua ini dan sebagai penghormatan terakhir untuk mereka, aku memutuskan untuk menjaga makam mereka dan kampung ini sendirian. Walaupun beberapa kali orang dikampung sebelah mengajakku untuk pindah tapi aku tetap menolak dan lebih memilih tinggal disini sampai akhir khayatku” kata nenek bercerita panjang lebar tentang kampungnya

Kami benar-benar sedih dan salut kepada nenek setelah mendengar ceritanya. Aku jadi sadar dan bersyukur karena hidup yang aku jalani saat ini lebih beruntung daripada kehidupan nenek dimasa lalu. Kulihat air mata menetes dipipi zaka dan ami sedangkan roro merangkul kuat tubuh renta sang nenek.

“maafkan aku nek,  aku tak tahu kalau nenek ini benar-benar nenek super” ucap zaka disela-sela tangisannya. Nenek itu tersenyum mendengar ucapan maaf dari bibir zaka

“turunlah kebawah dan makanlah singkong rebus yang sudah nenek siapkan, lalu setelah itu beristirahatlah supaya besok badan kalian segar kembali. Soal tadi, maaf nenek sudah membuat kalian menunggu, karena aku harus mencari kayu bakar dulu diluar untuk membakar singkong itu” ucap nenek

“ tidak apa-apa nek, harusnya kami yang meminta maaf karena sudah merepotkan nenek, seharusnya nenek bilang kekami masalah kayu bakar yang telah habis pasti kami bantu mencarinya” balas zaka

“kamu ini, mana ada tamu yang disuruh mencari kayu bakar tengah malam begini” canda nenek
Kamipun tertawa bersama,

Keesokan harinya, wajah kami terlihat sangat segar, kami mempersiapkan diri untuk meninggalkan rumah nenek, aku benar-benar tak tega meninggalkan nenek yang sudah renta itu tinggal sendirian ditempat sesepi ini, ingin rasanya aku mengajaknya kerumahku dan menjadikannya nenek angkatku, tapi mendengar ucapan dan janji nenek tadi malam, aku yakin nenek pasti akan menolak ajakanku.
Aku mengikat tali sepatuku tiba-tiba ponselku berdering. Aku segera mengangkatnya

“halo siapa ini ?” tanyaku

“ maaf pak, ini dari pihak mobil derek, kami sudah sampai dan sekarang kami bersiap untuk menarik mobil bapak” jawab seseorang didalam telepon

Akupun segera bersiap dan menyuruh ketiga temanku agar secepatnya bersiap. Soalnya sebentar lagi mobilnya akan berangkat.

“jadi nenek tak tertarik lagi untuk memakan daging kami?” canda zaka sebelum berpamitan

“mana mungkin aku mau memakan pemuda pengecut dan banyak bicara sepertimu?!” tegas nenek

“syukurlah, aku jadi tenang. Akhirnya nenek kembali kejalan yang benar” tambah zakka.

“sana cepat pergi, sebelum aku berubah pikiran. Tpi sebelum itu habiskan dulu bubur hangatnya” suruh nenek

“nenek itu ternyata tak berubah, masih saja kejam seperti awal bertemu” gerutu zaka

“hahaha...” kamipun tertawa bersama

“sudahlah, ayo habiskan dan cepat pergi” tambahku.

Akhirnya tiba saatnya kami harus berpamitan dengan nenek baik hati yang kutemui ditengah jalan. Kami satu persatu bersalaman dengan nenek, memeluk dan mencium tangannya sambil mengucapkan banyak terimakasih. Kamipun meninggalkan nenek dan berjalan menuju mobil kami yang akan diderek.

Ini adalah pengalaman kesasar yang terbaik yang pernah kualami bersama dengan ketiga temanku. Semoga untuk liburan berikutnya ada pengalaman-pengalaman yang menarik lagi yang bisa diambil hikmahnya, dan untuk nenek semoga tuhan melindunginya selalu dan senantianya memberinya kesehatan dan kekuatan. Aku berharap suatu saat bisa bertemu lagi dengan nenek itu dan meneladani karakternya.

Tamat




1 komentar: