Si Cebol
Aku duduk disebuah bangku tua dekat halte bus, kedua bola
mataku terpusat pada motor butut yang berdiri anggun layaknya pragawati,
sesekali kuamati body lusuhnya dan saat itulah aku tersenyum sendiri. Seperti
ada yang menggelitik, saat kupandangi si cebol. Banyak kenangan yang tersimpan
bersama si Cebol. Motor butut yang kuberi nama si Cebol ini sudah puluhan tahun
menemaniku kemanapun aku pergi. Baik dalam keadaan suka maupun duka. Aku sudah
menganggapnya sebagai kawan baik yang
paling setia dalam hidupku.
Ada banyak kejadian
unik yang kulalui saat bersama dengan si Cebol, salah satunya adalah saat
temanku mengajakku pergi kepuncak naik motornya. Dia mengatakan untuk
berboncengan dengannya, tapi pas hari H, motornya malah dipakai oleh kakaknya
untuk pergi kerja, tentu saja hal itu membuat kami kecewa. Tapi dengan penuh
percaya diri aku menawarkan si Cebol untuk dinaiki pergi kepuncak.walupun agak
ragu akhirnya Temanku setuju pergi menggunakan si Cebol
Awal perjalanan, si Cebolku masih normal-normal saja, taka
ada kendala maupun kejadian-kejadian aneh yang terjadi selama aku mengendarainya
dari rumah hingga sejauh ini, aku merasa aman-aman saja, hingga akhirnya pada
sebuah jalan yang menanjak begitu tinggi. Kupikir si Cebol akan mampu tapi
ternyata dugaanku salah, aku gas dengan sekuat tenaga tapi si Cebol malah keluar
asap tebal dari knalpotnya hingga membuat pengendara lain merasa terganggu, hal
itu pula yang membuat macet dadakan ditanjakan itu.
“Mas, motor jelek begitu masih aja dipertahanin, mending
dirongsokin gih sonoh” itulah satu kalimat sindiran yang tidak pernah kulupakan
sejak kejadian itu.
Aku hanya menanggapinya dengan senyuman sedangkan temanku agak kesal. Dia ngedumel hingga sampai
ditempat tujuan. Dia terus saja menyalahkanku dan juga si Cebol.
Pernah juga kejadian, saat aku ada dijalanan sedang
mengendarai si Cebol, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Aku tak peduli, aku
tetap saja gas pol, yang penting aku dan si Cebol sampai ditujuan. Kalaupun
hendak berhenti dan berteduh, itupun sudah tanggung. Mau tidak mau harus tetap
jalan.
Setengah jam aku mengendari si Cebol dalam guyuran hujan
yang deras, aku tak tahu didepanku ada genangan air yang lumayan dalam. Aku tak
sempat memperlambat laju si Cebol karena tiba-tiba remnya blong, sedangkan
didepanku ada pengendara motor lain yang berlahan melewati genangan air itu
agar airnya tidak menyiprat ketubuhnya. Tapi dengan kedatanganku dan si Cebol
menyalip dengan tiba-tiba membuat si pengendara kaget, ia langsung berteriak dan
memakiku. Jujur waktu itu, rasanya antara malu dan juga senang. Bisa-bisanya Aku mengerjai wanita sampai seperti itu. melaju dengan si Cebol begitu cepat
hingga air bah menyiprat ketubuhnya. Tentu saja wanita itu sangat marah, dia
sudah basah ditambah cipratan yang kubuat, hingga membuatnya semakin basah.
Dan kejadian lainnya, saat aku pulang kerja. Waktu itu
jalanan sangat macet. Depan , belakang, samping kanan,dan juga samping kiri
semua terisi oleh kendaraan. Hingga suatu kejadian tak mengenakan terjadi.
Sebuah truk mencoba menyalip, sudah tahu jalanan macet tapi tetap saja si sopir ngotot
untuk lewat akibatnya kaca spionku jadi korbannya. Seperti korban tabrak lari, kaca
spionku tak bisa terselamatkan, rasanya inginku menghentikan sopir itu dan
memintanya ganti rugi, tapi keadaan tak memungkinkan karena jalanan sangat
macet. Mau tidak mau aku harus mengikhlaskan satu buah kaca spion yang terputus
dari tempatnya.
Masalahnya tidak berhenti disitu saja. Ketika berada
diperempatan jalan, seorang polisi menghentikan laju motorku dan menanyai
perihal keadaan motorku yang tanpa satu kaca spion itu.
“ Selamat siang pak, dimana kaca spion yang satunya?” tanya
pak polisi dengan wajah garangnya
“ Anu pak” belum sempat aku menjelaskan , si polisi langsung
meminta SIM dan juga surat-surat si Cebol. Benar-benar kacau pada sore itu, aku
tak mampu lagi untuk berkata apa-apa selain pasrah dan mengikhlaskan segalnya.
Apalagi SIM ku sudah tak berlaku lagi, jelas saja ini akan menjadi alasan sang
polisi untuk menilangku. Tak banyak basa basi Sang polisi langsung menilangku
dan meminta denda sebesar 150rb .katanya, itu juga dia sedang berbaik hati.
Entah apa yang membuatnya mengatakan hal itu ,yang jelas kejadian hari itu
membuatku benar-benar mati rasa.
Itulah kejadian-kejadian yang pernah aku lalu bersama si Cebol. Sebenarnya masih banyak lagi, dari ban bocor mendadak, rantai putus, rem
blong, hingga jatuh kesawah pun pernah. Tapi ada satu kejadian yang tak pernah
kulupakan, kejadian dimana awal mula aku bertemu dengan jodohku. Gadis muslimah
yang anggun yang awalnya menganggapku seorang tukang ojek.
Waktu itu aku sedang mengendarai si Cebol dengan santai,
tiba-tiba seorang gadis muslimah menghentikanku. Aku mengatakan gadis itu
muslimah, karena kulihat dari cara berpakaiannya yang menutup semua aurat kecuali
muka dan telapak tangannya.
“Bang kejalan anggrek ya” ucapnya sambil langsung membonceng
dibelakang si Cebol. Aku tak tahu maksudnya apa ,aku hanya mengangguk dan
menuruti segala petunjuknya.
Setelah sampai ditempat tujuan yaitu rumah gadis muslimah
itu, dia memberikan uang kepadaku sebagai ongkos. Aku segera menolaknya dengan
sopan, tapi gadis itu malah memaksaku untuk menerima ongkosnya. Akupun menghela
nafas, mengatur nafas dan mencoba menjelaskan dengan baik-baik.
“Mbak, maaf sebelumnya. Saya tidak bisa menerima uangnya
mbak, sebenarnya saya ini bukan tukang ojek, saya hanya kebetulan lewat. Tadi
pas mbak memanggil, saya kira mbak mau tanya jalan tapi malah mbak langsung
duduk dijok belakang dan meminta saya mengantar mbak kerumahnya. Saya sendiri
bingung, tapi karena kebetulan rumah kita searah jadi saya mau-mau saja” pungkasku
mencoba menjelaskan dengan sopan
Gadis muslimah itu tampak tersipu malu lalu kata maaf keluar
dari bibir tipisnya yang anggun.
“Nak, ada tamu kok gak diajak masuk?” ucap seorang bapak
yang tiba-tiba keluar dari rumah itu.
Ayo mas mampir dulu” ajak gadis itu dengan ramah
“Lain kali aja mbak” balasku sekenanya
Tiba-tiba bapak gadis itu mendekat dan menarik lenganku.
"Jangan malu-malu, kamu ini teman kuliahnya dewi kan?”
ucapnya.
Ternyata bapak itu adalah ayah gadis itu dan beliau mengira
aku adalah teman kuliah si Dewi. Ternyata nama gadis muslimah itu adalah Dewi.
Karena merasa tidak enak, akhirnya aku bersedia menerima
ajakan bapak tersebut.
ayah Dewi mempersilahkanku untuk duduk, sedangkan Dewi masuk
kerumahnya untuk mengambil beberapa hidangan dan minuman sesuai perintah
bapaknya. Kamipun mengobrol perihal tempat tinggal dan juga pekerjaan. Ternyata
setelah diusut lebih jauh, ayah Dewi adalah kawan lama ayahku. Bahkan dia langsung
mengenali si Cebol setelah aku memperlihatkannya.
"Benarkah ini siCebol milik Guntoro?” tanyanya untuk
memastikan hal yang ada didepannya, seakan tak percaya beliau bisa melihatnya
kembali.
Aku hanya mengangguk pelan sambil melempar senyum ramah
kepadanya.
“Kamu ini benar-benar mirip Guntoro, sederhana dan murah
senyum” tambahnya
“Aku dulu sering berboncengan dengan ayahmu naik motor ini.
kemanapun kami pergi si Cebol inilah yang setia menemani. Bahkan saat aku
hendak apel dengan ibu Dewi, aku meminjam si Cebol. Sungguh kenangan yang sulit
dilupakan” sambungnya menceritakan kenangan lamanya
Aku hanya menyimak semua cerita ayah dewi sambil sesekali
mengangguk.
“ Oh ya, kamu dan keluargamu tinggal dimana? dan bagaimana
kabar ayah dan ibumu?” tanyanya
“Semenjak ayah meninggal, saya dan ibu pindah ke kota ini
pak. Itupun karena saya mendapat pekerjaan disini. Dan ternyata di kota ini
saya malah bertemu dengan teman lama ayah yang baik, tentu saja membuat hati
saya senang” balasku dengan sopan
Ayah Dewi tersenyum lalu wajahnya berubah menjadi murung “ Maafkan aku, aku tidak tahu kalau ayahmu sudah meninggal. Aku turut berduka
cita” ucapnya
“Tidak apa-apa pak. Kami baik-baik saja kok” jawabku mencoba
menghibur hati ayah dewi
Setelah 30 menit mengobrol,aku memutuskan untuk pulang, tentu saja
setelah berkenalan dengan Dewi dengan cara yang layak dan juga memakan beberapa jamuan yang sudah
disiapkan Dewi. Dan sejak kejadian itu, aku sering disuruh main kerumah pak Burhan, nama ayah Dewi. Katanya sih untuk melepas rasa rindu terhadap kawan
lamanya.
Hingga hari itu tiba,
hari yang menurutku perlu dikenang seumur hidupku karena mungkin sangat indah
bahkan terlau indah untukku.
Pak Burhan sekeluarga datang kerumahku, katanya sih untuk
silatuhrahmi dengan ibuku. Tapi tak disangka-sangka, dibalik maksudnya itu
masih ada maksud lain yang tersembunyi. Pak Burhan bermaksud menjodohkanku
dengan Dewi. Tentu saja aku tak menolak, lagipula aku sudah cukup umur dan juga
punya pekerjaan tetap. dan lagi, aku
sudah jatuh cinta pada Dewi sejak pandangan pertama.
Setahun kemudian, akhirnya aku dan Dewi menikah, kami resmi
menjadi suami istri dengan mas kawin si Cebol. Sebuah kenangan lama bersama
si Cebol membuatku bertemu dengan jodohku. Hal itulah yang membuatku sangat
bangga dengan motor butut kesayanganku ini.
Hingga sampai saat ini aku menjadikan si Cebol sebagai kendaraan
favoritku, walaupun aku punya kendaraan yang lainnya yang lebih bagus, tapi aku
tak ingin mengabaikan si Cebol. Bahkan ketika jalan-jalan bersama sang istri
kesan romantis lebih terasa jika menggunakan si Cebol dari pada mobil yang dua
tahun lalu aku beli.
tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar