Sabtu, 20 Mei 2017

Si Cebol



                                                     Si Cebol

Aku duduk disebuah bangku tua dekat halte bus, kedua bola mataku terpusat pada motor butut yang berdiri anggun layaknya pragawati, sesekali kuamati body lusuhnya dan saat itulah aku tersenyum sendiri. Seperti ada yang menggelitik, saat kupandangi si cebol. Banyak kenangan yang tersimpan bersama si Cebol. Motor butut yang kuberi nama si Cebol ini sudah puluhan tahun menemaniku kemanapun aku pergi. Baik dalam keadaan suka maupun duka. Aku sudah menganggapnya sebagai  kawan baik yang paling setia dalam hidupku.

 Ada banyak kejadian unik yang kulalui saat bersama dengan si Cebol, salah satunya adalah saat temanku mengajakku pergi kepuncak naik motornya. Dia mengatakan untuk berboncengan dengannya, tapi pas hari H, motornya malah dipakai oleh kakaknya untuk pergi kerja, tentu saja hal itu membuat kami kecewa. Tapi dengan penuh percaya diri aku menawarkan si Cebol untuk dinaiki pergi kepuncak.walupun agak ragu akhirnya Temanku setuju pergi menggunakan si Cebol

Awal perjalanan, si Cebolku masih normal-normal saja, taka ada kendala maupun kejadian-kejadian aneh yang terjadi selama aku mengendarainya dari rumah hingga sejauh ini, aku merasa aman-aman saja, hingga akhirnya pada sebuah jalan yang menanjak begitu tinggi. Kupikir si Cebol akan mampu tapi ternyata dugaanku salah, aku gas dengan sekuat tenaga tapi si Cebol malah keluar asap tebal dari knalpotnya hingga membuat pengendara lain merasa terganggu, hal itu pula yang membuat macet dadakan ditanjakan itu.

“Mas, motor jelek begitu masih aja dipertahanin, mending dirongsokin gih sonoh” itulah satu kalimat sindiran yang tidak pernah kulupakan sejak kejadian itu.

Aku hanya menanggapinya dengan senyuman sedangkan temanku  agak kesal. Dia ngedumel hingga sampai ditempat tujuan. Dia terus saja menyalahkanku dan juga si Cebol.

Pernah juga kejadian, saat aku ada dijalanan sedang mengendarai si Cebol, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Aku tak peduli, aku tetap saja gas pol, yang penting aku dan si Cebol sampai ditujuan. Kalaupun hendak berhenti dan berteduh, itupun sudah tanggung. Mau tidak mau harus tetap jalan.

Setengah jam aku mengendari si Cebol dalam guyuran hujan yang deras, aku tak tahu didepanku ada genangan air yang lumayan dalam. Aku tak sempat memperlambat laju si Cebol karena tiba-tiba remnya blong, sedangkan didepanku ada pengendara motor lain yang berlahan melewati genangan air itu agar airnya tidak menyiprat ketubuhnya. Tapi dengan kedatanganku dan si Cebol menyalip dengan tiba-tiba membuat si pengendara kaget, ia langsung berteriak dan memakiku. Jujur waktu itu, rasanya antara malu dan juga senang. Bisa-bisanya Aku mengerjai wanita sampai seperti itu. melaju dengan si Cebol begitu cepat hingga air bah menyiprat ketubuhnya. Tentu saja wanita itu sangat marah, dia sudah basah ditambah cipratan yang kubuat, hingga membuatnya  semakin basah.

Dan kejadian lainnya, saat aku pulang kerja. Waktu itu jalanan sangat macet. Depan , belakang, samping kanan,dan juga samping kiri semua terisi oleh kendaraan. Hingga suatu kejadian tak mengenakan terjadi. Sebuah truk mencoba menyalip, sudah tahu jalanan macet tapi tetap saja si sopir ngotot untuk lewat akibatnya kaca spionku jadi korbannya. Seperti korban tabrak lari, kaca spionku tak bisa terselamatkan, rasanya inginku menghentikan sopir itu dan memintanya ganti rugi, tapi keadaan tak memungkinkan karena jalanan sangat macet. Mau tidak mau aku harus mengikhlaskan satu buah kaca spion yang terputus dari tempatnya.

Masalahnya tidak berhenti disitu saja. Ketika berada diperempatan jalan, seorang polisi menghentikan laju motorku dan menanyai perihal keadaan motorku yang tanpa satu kaca spion itu.

“ Selamat siang pak, dimana kaca spion yang satunya?” tanya pak polisi dengan wajah garangnya

“ Anu pak” belum sempat aku menjelaskan , si polisi langsung meminta SIM dan juga surat-surat si Cebol. Benar-benar kacau pada sore itu, aku tak mampu lagi untuk berkata apa-apa selain pasrah dan mengikhlaskan segalnya. Apalagi SIM ku sudah tak berlaku lagi, jelas saja ini akan menjadi alasan sang polisi untuk menilangku. Tak banyak basa basi Sang polisi langsung menilangku dan meminta denda sebesar 150rb .katanya, itu juga dia sedang berbaik hati. Entah apa yang membuatnya mengatakan hal itu ,yang jelas kejadian hari itu membuatku benar-benar  mati rasa.
 
Itulah kejadian-kejadian yang pernah aku lalu bersama si Cebol. Sebenarnya masih banyak lagi, dari ban bocor mendadak, rantai putus, rem blong, hingga jatuh kesawah pun pernah. Tapi ada satu kejadian yang tak pernah kulupakan, kejadian dimana awal mula aku bertemu dengan jodohku. Gadis muslimah yang anggun yang awalnya menganggapku seorang tukang ojek.

Waktu itu aku sedang mengendarai si Cebol dengan santai, tiba-tiba seorang gadis muslimah menghentikanku. Aku mengatakan gadis itu muslimah, karena kulihat dari cara berpakaiannya yang menutup semua aurat kecuali muka dan telapak tangannya.

“Bang kejalan anggrek ya” ucapnya sambil langsung membonceng dibelakang si Cebol. Aku tak tahu maksudnya apa ,aku hanya mengangguk dan menuruti segala petunjuknya.

Setelah sampai ditempat tujuan yaitu rumah gadis muslimah itu, dia memberikan uang kepadaku sebagai ongkos. Aku segera menolaknya dengan sopan, tapi gadis itu malah memaksaku untuk menerima ongkosnya. Akupun menghela nafas, mengatur nafas dan mencoba menjelaskan dengan baik-baik.

“Mbak, maaf sebelumnya. Saya tidak bisa menerima uangnya mbak, sebenarnya saya ini bukan tukang ojek, saya hanya kebetulan lewat. Tadi pas mbak memanggil, saya kira mbak mau tanya jalan tapi malah mbak langsung duduk dijok belakang dan meminta saya mengantar mbak kerumahnya. Saya sendiri bingung, tapi karena kebetulan rumah kita searah jadi saya mau-mau saja” pungkasku mencoba menjelaskan dengan sopan

Gadis muslimah itu tampak tersipu malu lalu kata maaf keluar dari bibir tipisnya yang anggun.

“Nak, ada tamu kok gak diajak masuk?” ucap seorang bapak yang tiba-tiba keluar dari rumah itu.

Ayo mas mampir dulu” ajak gadis itu dengan ramah 

“Lain kali aja mbak” balasku sekenanya

Tiba-tiba bapak gadis itu mendekat dan menarik lenganku.

"Jangan malu-malu, kamu ini teman kuliahnya dewi kan?” ucapnya.

Ternyata bapak itu adalah ayah gadis itu dan beliau mengira aku adalah teman kuliah si Dewi. Ternyata nama gadis muslimah itu adalah Dewi.

Karena merasa tidak enak, akhirnya aku bersedia menerima ajakan bapak tersebut.

ayah Dewi mempersilahkanku untuk duduk, sedangkan Dewi masuk kerumahnya untuk mengambil beberapa hidangan dan minuman sesuai perintah bapaknya. Kamipun mengobrol perihal tempat tinggal dan juga pekerjaan. Ternyata setelah diusut lebih jauh, ayah Dewi adalah kawan lama ayahku. Bahkan dia langsung mengenali si Cebol setelah aku memperlihatkannya.

"Benarkah ini siCebol milik Guntoro?” tanyanya untuk memastikan hal yang ada didepannya, seakan tak percaya beliau bisa melihatnya kembali.

Aku hanya mengangguk pelan sambil melempar senyum ramah kepadanya.

“Kamu ini benar-benar mirip Guntoro, sederhana dan murah senyum” tambahnya

“Aku dulu sering berboncengan dengan ayahmu naik motor ini. kemanapun kami pergi si Cebol inilah yang setia menemani. Bahkan saat aku hendak apel dengan ibu Dewi, aku meminjam si Cebol. Sungguh kenangan yang sulit dilupakan” sambungnya menceritakan kenangan lamanya

Aku hanya menyimak semua cerita ayah dewi sambil sesekali mengangguk.

“ Oh ya, kamu dan keluargamu tinggal dimana? dan bagaimana kabar ayah dan ibumu?” tanyanya

“Semenjak ayah meninggal, saya dan ibu pindah ke kota ini pak. Itupun karena saya mendapat pekerjaan disini. Dan ternyata di kota ini saya malah bertemu dengan teman lama ayah yang baik, tentu saja membuat hati saya senang” balasku dengan sopan

Ayah Dewi tersenyum lalu wajahnya berubah menjadi murung “ Maafkan aku, aku tidak tahu kalau ayahmu sudah meninggal. Aku turut berduka cita” ucapnya

“Tidak apa-apa pak. Kami baik-baik saja kok” jawabku mencoba menghibur hati ayah dewi

Setelah 30 menit mengobrol,aku memutuskan untuk pulang, tentu saja setelah berkenalan dengan Dewi dengan cara yang layak dan juga memakan beberapa jamuan yang sudah disiapkan Dewi. Dan sejak kejadian itu, aku sering disuruh main kerumah pak Burhan, nama ayah Dewi. Katanya sih untuk melepas rasa rindu terhadap kawan lamanya.

 Hingga hari itu tiba, hari yang menurutku perlu dikenang seumur hidupku karena mungkin sangat indah bahkan terlau indah untukku.

Pak Burhan sekeluarga datang kerumahku, katanya sih untuk silatuhrahmi dengan ibuku. Tapi tak disangka-sangka, dibalik maksudnya itu masih ada maksud lain yang tersembunyi. Pak Burhan bermaksud menjodohkanku dengan Dewi. Tentu saja aku tak menolak, lagipula aku sudah cukup umur dan juga punya pekerjaan tetap.  dan lagi, aku sudah jatuh cinta pada Dewi sejak pandangan pertama.

Setahun kemudian, akhirnya aku dan Dewi menikah, kami resmi menjadi suami istri dengan mas kawin si Cebol. Sebuah kenangan lama bersama si Cebol membuatku bertemu dengan jodohku. Hal itulah yang membuatku sangat bangga dengan motor butut kesayanganku ini.  Hingga sampai saat ini aku menjadikan si Cebol sebagai kendaraan favoritku, walaupun aku punya kendaraan yang lainnya yang lebih bagus, tapi aku tak ingin mengabaikan si Cebol. Bahkan ketika jalan-jalan bersama sang istri kesan romantis lebih terasa jika menggunakan si Cebol dari pada mobil yang dua tahun lalu aku beli.

tamat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar