Senin, 29 Mei 2017

Tanda Perpisahan




Aku menyadari sebuah jeritan kesakitan yang terdengar keras dipikiranku, namun aku tak mau peduli, aku akan terus maju dengan luka ini. Tak masalah jika dilupakan dan berakhir tanpa perasaan. Lagipula aku telah mengunci hatiku yang berkarat  ini. Tak masalah jika aku terluka dan tak bisa merasakan rasa sakit lagi, aku akan tetap berlari meski harus menyeret kedua kakiku ini. 
Walaupun harus kehilangan jati diri yang hancur dalam suara yang pecah, bagiku itu tak masalah. Aku hanya menganggapnya sebagai deruan angin malam yang kebetulan saja lewat.

Waktu itu ingin kusampaikan kabar baik untukmu dan juga menyembuhkan segala luka yang kau derita saat ini, sebelum akhirnya aku hancur dalam beratnya dunia. Kau tahu? Aku tak mampu lagi menyembunyikan sebuah kebohongan, aku ingin jujur.Walaupun aku harus memilih pilihan yang sulit, sebuah pilihan yang tak bisa melukai dengan kekuatan. Dan meskipun suara keji itu masuk kedalam diriku melalui telinga kiri dengan membawa penuh penyesalan. 

Seperti kancing baju yang tidak sesuai, hati dan tubuhku pun merasakan hal yang sama. Ketidakselarasan dan terpisah satu sama lain. Kau tahu? Aku hanya berharap kau mau mencoba memahami hati ini sekali lagi. Sebelum akhirnya kita berdua saling mengucapkan selamat tinggal tanpa kata-kata.

Ucapan selamat tinggal yang menyesakkan dada. Selamat tinggal, selamat tinggal dan selamat tinggal.

Meskipun kita tak lagi bisa bertemu dikemudian hari, tapi aku sendiri akan terus berjalan ,melangkahkan kedua kakiku ini bahkan didunia dimana kau tak lagi tinggal didalamnya. Aku akan tetap berjalan, meskipun harus melewati rasa sakit sendirian. 

Tanpa teman.. tanpa kawan dan juga tanpamu, Kekasihku

Selamat tinggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar